Friday, 24 October 2014

Penulis dan belahan Jiwanya

Dear Dee ...

Selamat tahun baru 1 Muharram 1436 H... 
InsyaAllah, ini adalah tahun baru yang berharga bagiku, bagaimana tidak, di penghujung tahun ini aku di tolak untuk kesekian kalinya. Yang jelas ini bukan penolakan jodoh  ( walau jujur itu terlalu sering jadi seperti biasa ), tapi ini sedikit beda, tulisanku di tolak. Bukan hal yang salah cuma aku nggak suka saja cara menyampaikannya. Jujur aku pengen langsung men "cut" lho itu kan tugas editor tapi aku lagi "malas" untuk debat. Buat apa bila nantinya hanya sekedar membuang waktu dan pikiranku.
Aku mungkin bukan penulis baik, namun aku penulis yang jujur, yang jujur tentang apa yang kutulis karena kejujuran inilah yang kupegang dan nantinya akan di mintai pertanggungjawabannya oleh Allah. Hatiku menolak jika kebebasanku terbatasi oleh "aturan" yang harus seperti.

Kadang penulis dan editor itu ibarat sepasang kekasih yang saling mengisi. ibarat petualangan kisah cintaku yang di tolak bolak balik, bukan karena aku terlalu buruk atau dia terlalu baik tapi lebih pada proses menerima dan saling melengkapi. Editor yang baik menurutku adalah editor yang bisa melihat kucing adalah kucing dan bebek adalah bebek, tak bisa bebek harus menjadi kucing begitupun sebaliknya. Justru ke"kucing"an" dan Ke"bebek"an itulah menjadi nilai karena itulah adalah originalitas penulis yang tak akan bisa di copast oleh pembajak terhebat sekalipun.
Dunia ini semakin kacau, jujur aku ingin menjadi salah satu bagian dari bagian dakwah dan mengenalkan keindahan Islam keseluruhdunia, kuakui aku bukan seorang ustadzah ataupun umahat keren, aku adalah hamba yang diberikan pena untuk menyampaikan kembali apa yang Allah pahamkan lewat goresanku.
Jika sebuah media menolakmu bukan berarti kau kehilangan ladang dakwahmu karena yakinlah satu hal dakwah terbaik adalah pemahaman yang teriring dengan keteladanan. Tak perlu memaksa diri untuk menjadi orang lain agar orang mau menerimamu, cukup jadi dirimu sendiri, perbaiki kualitas diri dan belajarlah memberi kemanfaatan , insyaAllah itu lebih baik.
Kadang aku merindukan Rosulullah saw, dan berharap beliau hidup dan hadir di hadapanku. Tapi beliau telah tiada. Jika beliau ada, dan aku menceritakan semua ini, pasti beliau mendengarnya dengan seksama kemudian tersenyum padaku dan berkata,"Cukupkan Allah di hatimu"

L.Wijaya

No comments:

Post a Comment