Dear Dee...
Kadang jujur, aku merasa
Bukan perbedaan yang menjadi jarak namun sejatinya sikap kitalah menjadikan semuanya berjarak.
Sebuah pengalaman berharga bagiku ketika aku di beri amanah untuk menjadi guide team narsis sedunia , ya minimal itulah penilaiku pada team training ini. setelah seharian berkeliling madura ( suramadu dan surabaya ) akhirnya kami berkunjung ke masjid Al Akbar untuk sholat Maghrib ada salah satu peserta yang beragama nasrani, beliau sangat bangga dengan agamanya karena itu dia memakai kalung yang menjadi simbol agamanya, sama seperti aku bangga dengan jilbab yang kupakai. Aku kagum, ketika dia memasuki kawasan masjid Al Akbar atributnya kebanggaannya di sembunyikan di balik kaosnya, walaupun posisinya ada dalam mobil. Aku menghargai toleransi yang beliau lakukan. mungkin terlihat sepele, namun bagiku aku menghargai sikapnya itu.
Apapun agama kita, bukan alasan kita untuk memaksakannya pada orang lain sebaliknya rasa toleransi itu yang kita butuhkan. pernahkan kita berpikir, ada orang yang di suruh sholat dia menangis karena dia dalam hatinya masih terdapat kepercayaan yang lain,walaupun di ktpnya dia tertulis islam. Hidayah itu adalah hal yang paling berharga, bukan untuk dipaksakan karena dia berasal dari hati dan tercermin dalam sikap.
Apapun alasan kita untuk berbuat baik bukan berarti membuat kita berlaku sesuka hati hanya atas nama kebaikan, karena tanpa di sertai dengan cara yang benar maka kebaikan itu tak lagi menampakkan keindahan yang di tawarkan.
Rosulullah berdakwah bukan dengan cara memaksakan sesuatu, justru beliau tahu bagaimana caranya menghargai perbedaan, contoh yang paling sederhana adalah ketika seorang yahudi tua dan buta yang selalu mencaci maki beliau, namun justru tanpa si yahudi sadari rosulullah lah yang menyuapi dan memberikan dia makanan dengan cara yang paling halus, dan bahkan si kakek yahudi merasa ada yang beda ketika abu bakar menggantikan kebiasaan rosulullah untuk menyuapi si kakek buta, dan ketika itu juga Abu bakar mengatakan bahwa orang yang selama ini menyuapinya adalah Rosulullah SAW, orang yang selama ini selalu dia kutuk dan dia caci maki. tapi justru itu jalan hidayah bagi si kakek yahudi untuk memeluk Islam.
Dan terlepas itu semua, ku yakin kita telah dewasa untuk bisa membedakan dan memaknai sebuah nilai.
Moga bermanfaat
L.Wijaya
No comments:
Post a Comment